Selasa, 13 Juli 2010

BAB REZEKI

“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (bagi siapa yang Dia kehendaki)…”. (QS. Ar-Ra’d [13]: 26).
Rezeki merupakan salah satu rahasia Allah. Ia tidak bisa dikalkulasi dengan nalar manusia. Se-ringkali ia bergerak diluar jangkauan nalar. Itulah yang disebut dengan rezeki tidak disangka-sangka. Al-Qur’an mengatakan, “Wayarzuqhu min haitsu lâ yahtasib.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 3).
Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Setiap manusia yang terlahir ke dunia sudah dilengkapi dengan rezekinya masing-masing. Oleh karena itu, selayaknyalah kita tidak perlu cemas mengenai rezeki. Persoalan rezeki sudah diatur oleh Allah Swt.Hal penting yang perlu dilakukan adalah sempurnakan ikhtiar, perkuat dengan doa, dan tawakal secara total kepada Allah. Biarlah Allah yang Maha Mengatur rezeki yang menentukan. Insya Allah, jika ikhtiar dan doa kita optimal serta tawakal kita total, kita akan diberikan kelapangan rezeki oleh Allah. Allah akan mengaruniakan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.


Hakikat Rezeki
Oleh : Abdullah Gymnastiar


BERAPA banyak binatang melata yang tidak sanggup membawa rezekinya (makanan kebutuhannya), Allahlah yang menjamin rezekinya, juga terhadapmu.(Q.S. Al Ankabuut 29: 60).

Pada Bulan Ramadhan, pintu-pintu keberkahan Allah dibuka lebar-lebar, karenanya ada yang menyebut Ramadhan sebagai syahrul mubarak, bulan yang penuh keberkahan. Rizki dimudahkan, urusan-urusan dilancarkan, kegembiraan-kegembiraan senantiasa diiringkan. Itu semua benar-benar kita rasakan.

Dalam soal rezeki, pesona Ramadhan sangat berbeda. Rata-rata, seiring kewajiban ibadah puasa, standar belanja masyarakat biasanya meningkat. Di bulan puasa yang harusnya berdampak penghematan, kebutuhan belanja justru meningkat. Tapi semua itu bisa terpenuhi dengan baik.

Hampir tidak kita temui orang yang ikhlas menjalankan ibadah puasa di bulan ini sepanjang waktu berurai air mata karena tidak kebagian rezeki untuk sahur maupun berbuka. Tidak, semua orang bisa menikmati semua itu dengan memadai.

Saudaraku, berbicara soal rezeki, tampaknya sangat penting bagi kita untuk mencoba menelaah hakikat rezeki. Sederhananya begini, ada seorang majikan menyuruh hamba sahayanya untuk menimba, tidak mungkin majikan ini lupa memberi makan kepada hamba sahayanya. Karena kalau lupa maka hamba sahayanya ini tidak akan bisa bekerja.

Semakin bagus kerjanya, akan dicukupi pakaiannya atau kebutuhan lainnya. Lalu, bagaimana mungkin Allah yang memerintahkan kita ibadah dan kalau kita ibadah tidak dicukupi. Contoh, kita diperintahkan untuk shalat dan shalat itu harus menutupi aurat. Pasti kita akan dicukupi rezeki menutup aurat karena yang menyuruh menutup aurat adalah Allah.

Allah memerintahkan kita untuk bersedekah, lalu bagaimana mungkin kita bisa sedekah kalau kita tidak diberi rezeki sementara itu yang memberi rezeki adalah Allah. Kita pasti diberi makan, karena bagaimana mungkin kita bisa menolong orang, bagaimana kita bisa ibadah, kalau kita tidak diberi makan. Jadi, andai saja kita tahu kewajiban kita dan kita tunaikan dengan baik maka insya Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakannya.

Maka saudaraku, kewajiban kita yang pertama adalah husnudzan (berbaik sangka) bahwa Allah adalah Maha Penjamin rezeki. Karena Allah berfirman dalam hadits qudsi: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku pada-Ku. Yang kedua. Ikhtiar dijalan yang Allah sukai itu baik.

Kalau Allah menyuruh kita jujur, jujur saja, mengapa enggan? Mungkin kita pernah dengar ungkapan ini, dari rezeki tidak jujur saja susah, apalagi kalau jujur. Maka tak mungkin Allah yang menyuruh kita jujur, terus Allah tidak memberinya. Kita disuruh membayar zakat, bayarkan saja. Toh, uangnya juga milik Allah. Kalau Dia mau mangambilnya kembali kita tidak bisa menolak. Kita tidak mau bayar zakat, misalnya, tiba-tiba mobilnya tabrakan atau rumahnya kebakaran atau usahanya bangkrut; kita tidak bisa berbuat apa-apa. Atau kita diberi penyakit oleh Allah dan harus operasi.

Tak mungkin kita tidak mau berobat karena mau tidak mau keluar uang juga. Pasti, uang itu akan keluar. Maka daripada dipaksa oleh Allah agar uang keluar, lebih baik tunaikan segera zakatnya.

Sudah saatnya berangkat haji, bayarkan saja ongkos haji. Toh, uangnya juga milik Allah, kenapa mesti pusing-pusing cari alasan. Allahlah yang Maha mengatur lalu lintas rezeki setiap hamba-Nya. Maka sebetulnya, hidup ini akan enak kalau kita sudah tahu rumusnya. Sayangnya kita lebih sibuk memikirkan apa yang dijanjikan Allah daripada apa yang menjadi kewajiban kita.

Nah, begitulah kurang lebih hakikat rezeki kita. Yang utama tunaikan kewajiban kita lebih dahulu maka rezeki akan terpenuhi. Mudahan-mudahan uraian di bulan suci ini mendapat barokah dari-Nya. Wallahu alam. (Sumber : http://www.indomedia.com/sripo)

Cara Menjemput Rezeki

Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menjemput rezeki. Berikut sepuluh diantaranya..

1. Taqwa
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS ath-Thalaq: 2-3).

2. Tawakal
Nabi s.a.w. bersabda: “Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

3. Shalat
Firman Allah dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya." (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

4. Istighfar
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirim-kan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu ke-bun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai" (QS Nuh: 10-12).

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim).

5. Silaturahmi
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturahim.”

6. Sedekah
Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7. Berbuat Kebaikan
"Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS Alqashash:84)

Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah tdk akan zalim pd hambanya yg berbuat kebaikan.Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat.(HR. Ahmad)

8. Berdagang
Dan Nabi SAW bersabda: “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (Riwayat Ahmad)

9. Bangun Pagi
Fatimah (putri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah ( S.A.W.) melihatnya masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, beliau (S.A.W.) mengatakan kepadanya, "Putriku, bangunlah dan saksikanlah kemurahan-hati Tuhanmu, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya subuh sampai terbitnya matahari. ( H.R. Al-Baihaqi)

Aisyah juga meceritakan sebuah hadits yang hampir sama maknanya, yang mana Rasulullah (S.A.W.) bersabda, "Bangunlah pagi-pagi untuk mencari rezekimu dan melakukan tugasmu, karena hal itu membawa berkah dan kesuksesan. (H.R. At-Tabarani)

10. Bersyukur
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim:7)


Kumpulan berbagai sumber

Sabtu, 10 Juli 2010

DEMOKRASI

Ibarat buah simalakama... menerima istilah ini berarti boleh dikatakan apapun yang berbeda akan diterjemahkan demi DEMOKRASI.

Sampai ada pendapat/ide untuk melegalkan perjudian/judi dengan sekian banyak argumentasi baik yang bersifat ini itu.. dan lain-lain.

Kiranya mungkin itu konsekuensi pilihan BERDEMOKRASI walaupun secara jelas dan gamblang dari sisi religi tak satupun Agama yang ada di negeri ini memperbolehkan adanya judi.

Mungkinkah atas nama demokrasi ide dan gagasan tersebut diajukan dan mungkin saja diterima karena bak layaknya UU Pornografi/Pornoaksi saja yang jelas-jelas akan melindungi umat ini dari hal-hal di atas ada juga yang menentang bahkan kecenderungannya justru memenangkannya untuk menolak bahkan sebagian kaum HAWA yang notabene menurut penulis akan lebih dijunjung martabatnya kok malah menolak... piye to.

Mudah-mudahan ada yang mempunyai kajian-kajian yang bisa merontokkan ide/gagasan dilegalkannya judi di negeri ini terutama yang punya power dan perlengkapannya tentunya(duit.. jabatan...de el el).

Oh Negeri, Bangsa dan Tanah Airku Indonesia.
Wong cilik cuma bisa menonton,,, geleng kepala.... dan turut prihatin.

Mudah-mudahan Negeri Bangsa dan Tanah Airku akan selalu dilindungi-Nya.
Ku serahkan harapan untuk Negeri, Bangsa dan Tanah airku pada MU Sang Pemilik Kehidupan.... Engkau adalah sebaik-baik pengatur, Seadil-adil Pemberi, Sang Maha Perkasa atas segala sesuatu.

Peace Indonesiaku


Amien.

Jumat, 02 Juli 2010

Lattah Yang Tidak Alami

Kurang menguntungkan sekiranya latah yang tidak alami, seperti latah berbisnis dan latah mengomentari issue.

Dalam dunia usaha latah untuk meniru suatu bisnis yang kelihatannya menjanjikan, padahal dari sisi-sisi yang lain sama sekali tidak pernah diperhitungkan, sehingga pelaku usaha hanya melihat suatu bisnis dari proyeksi keuntungan semata, padahal pelaku usaha tersebut tidak / belum menguasai keilmuannya. Ini mungkin juga merupakan hasil dari metode pendidikan / keberhasilan sang motivator untuk membuat orang ingin menjadi the number one, tanpa melihat kapabilitasnya.

Demikian juga sang komentator mengenai suatu issue, bahkan issue yang seharusnya tidak perlu dikomentari saja kadang dilakukan penilaian walaupun sebenarnya bukan merupakan kapasitas yang bersangkutan, bahkan sebenarnya akan merendahkannya, karena kepandaian sang pewawancara diapun berkomentar mengenai issue yang sebenarnya tidak dikuasainya atau sebenarnya tidak perlu dikomentari.

Mohon maaf kepada yang mempunyai sifat latah, selama alami itu berarti karunia Sang Khalik, asal jangan dibuat-buat.

Dunia telekomunikasi dan informasi serta pelakunya memegang peranan penting terhadap perkembangan suatu tingkat kecerdasan masyarakat yang masing gampang sekali dibingungkan oleh suatu informasi karena kaburnya sang Nara Sumber, mana yang bisa dijadikan referensi.

Bahkan sebuah konferensi pers-pun ternyata bisa kalah oleh hiruk pikuknya pemberitaan dan komentar-komentar di luar.

Mudah-mudahan sisi-sisi moralitas, kemaslahatan dan nilai manfaat bisa dikedepankan ketimbang selalu mengedepankan sisi-sisi bisnis yang kadang kala berbenturan dengan norma-noram maupun nilai-nilai religi.

Peace Indonesia